Harga emas menembus rekor tertingginya pada 21 April 2025 di level US$ 3.391,62 per ounce. Bukan sekadar kenaikan biasa, ini adalah hasil dari kombinasi badai ekonomi global, kegagalan kebijakan moneter, dan kepanikan investor yang merindukan "aset aman". Emas, sekali lagi, tampil sebagai pelarian elegan dari kekacauan dunia finansial.
Investor menghadapi potensi stagflasi: inflasi tinggi tapi pertumbuhan ekonomi melambat. Dalam kondisi ini, emas menjadi salah satu aset yang tetap menarik karena nilainya tidak tergerus inflasi dan tidak tergantung pada kinerja ekonomi produktif.
Selain itu, perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali panas. Kenaikan tarif timbal balik membuat dunia kembali ke era ketidakpastian perdagangan global, dan emas menjadi tempat berlindung yang logis.
Dolar Amerika jatuh ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Karena emas dihargai dalam dolar, saat dolar melemah, harga emas relatif lebih murah untuk negara lain. Ini mendorong permintaan global terhadap emas, memperkuat rally yang sedang berlangsung.
Bank Sentral AS (The Fed) berada di bawah tekanan besar. Pasar kini mengantisipasi pemangkasan suku bunga pertama pada bulan Juni 2025, dengan total potensi penurunan mencapai 90 basis poin tahun ini. Suku bunga yang lebih rendah membuat emas—yang tidak memberi bunga—menjadi lebih menarik dibandingkan aset pendapatan tetap seperti obligasi.
Ditambah lagi, Presiden AS secara terbuka mengkritik Gubernur The Fed. Ketika kepercayaan terhadap independensi bank sentral terguncang, pelaku pasar memilih bermain aman: lari ke emas.
ETF berbasis emas mencatat arus masuk dana miliaran dolar dalam kuartal pertama 2025. Bank-bank sentral dari berbagai negara juga terus menambah cadangan emasnya sebagai bentuk diversifikasi cadangan devisa. Tidak hanya institusi, investor ritel juga ramai-ramai masuk ke emas, mencari perlindungan dari volatilitas pasar saham dan ancaman resesi global.
Secara teknikal, indikator RSI emas sudah menyentuh area overbought di kisaran 75—tanda klasik bahwa koreksi bisa terjadi. Tapi siapa bilang overbought berarti harga langsung turun? Justru dengan dorongan momentum yang besar, harga emas baru saja breakout dari zona resistance psikologis di US$ 3.200–3.300, membuka ruang menuju level psikologis berikutnya di US$ 3.500.
Selama perang dagang belum reda dan suku bunga belum benar-benar dipangkas, investor global cenderung akan terus menumpuk emas. Jika skenario saat ini berlanjut, bukan tidak mungkin harga emas menguji US$ 3.500 dalam waktu dekat. Namun tetap waspada: profit-taking atau kejutan fundamental (seperti penguatan mendadak dolar atau lonjakan di pasar saham) bisa memicu koreksi ke area US$ 3.000–3.100.
Kenaikan harga emas saat ini bukan sekadar spekulasi liar. Ia didorong oleh kombinasi faktor kuat: tekanan makroekonomi, krisis geopolitik, pelemahan dolar, serta strategi pelindungan aset dari institusi dan ritel. Rally emas belum menunjukkan tanda-tanda melemah, tapi seperti biasa: tetap waspada. Pasar bisa berubah lebih cepat dari opini analis.
✅ Dapatkan Update Signal Forex dan Insight Eksklusif di Channel Invezto.
Klik disini: https://invezto.com/channel
Tetap konsisten, terus belajar, dan semoga sukses di perjalanan tradingmu!
XAU/USD – Analisis Teknikal HarianHarg...
USD/JPY – Analisis Teknikal HarianHarg...
Harga emas dunia kembali menunjukkan tar...
Harga emas dunia kembali bergerak naik p...