Bursa saham Asia tergelincir tajam pada Jumat pagi, mengikuti jejak kejatuhan indeks-indeks utama di Wall Street. Sentimen pasar global memburuk tajam setelah pemerintah Amerika Serikat mengumumkan kebijakan kenaikan tarif terhadap barang impor dari China hingga mencapai 145%. Langkah ini memicu kekhawatiran bahwa konflik dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia akan semakin memanas dan berkepanjangan.
Pada perdagangan Kamis waktu New York, indeks S&P 500 terpangkas 3,5% dan Nasdaq 100 anjlok lebih dalam sebesar 4,2%. Koreksi ini terjadi setelah sempat muncul optimisme sehari sebelumnya terkait potensi pelonggaran tensi tarif. Namun, keputusan mendadak dari Gedung Putih mengenai tarif baru membalikkan ekspektasi pasar dan menciptakan gelombang kepanikan di kalangan investor.
Dampaknya langsung terasa di kawasan Asia. Kontrak berjangka indeks Nikkei 225 Jepang turun lebih dari 5%, sementara futures indeks ASX 200 Australia dan Hang Seng Hong Kong masing-masing turun sekitar 3% hingga 4%. Bursa Korea Selatan dan Taiwan juga turut tertekan, dengan indeks Kospi dan Taiex melemah lebih dari 3%. Aksi jual meluas secara menyeluruh di seluruh kawasan.
Kondisi ini memicu peralihan dana ke aset aman. Mata uang safe haven seperti franc Swiss dan yen Jepang menguat tajam. Dolar AS justru mencatatkan kinerja harian terburuknya sejak 2022, seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap dampak lanjutan perang dagang. Harga emas bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi sebelum mengalami sedikit koreksi pada Jumat pagi.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun ikut bergerak naik sembilan basis poin akibat tekanan jual di pasar obligasi. Lonjakan imbal hasil ini mencerminkan kekhawatiran pasar atas potensi inflasi yang meningkat dan risiko ekonomi global yang semakin besar. Data historis menunjukkan lonjakan yield mencapai 36 basis poin hanya dalam kurun waktu satu minggu terakhir.
Di sisi lain, pasar komoditas ikut terkena dampak. Harga minyak mentah jatuh ke level terendah dalam empat tahun terakhir akibat kekhawatiran penurunan permintaan global. Harga tembaga dan logam industri lainnya juga ikut terseret, turun lebih dari 5%, menyusul ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan gangguan rantai pasokan.
Analis memperingatkan bahwa eskalasi perang dagang ini berpotensi menimbulkan tekanan lanjutan terhadap perekonomian global. Kenaikan tarif bisa memicu inflasi lebih tinggi, memperlambat pertumbuhan, dan mempersulit langkah bank sentral dalam menjaga keseimbangan kebijakan moneternya. Pemerintah AS beralasan bahwa tarif tambahan diperlukan untuk melindungi industri domestik, sementara pihak China menyatakan siap melakukan balasan yang setimpal.
Dengan ketidakpastian yang tinggi dan risiko geopolitik yang meningkat, para pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada dan melakukan diversifikasi portofolio. Volatilitas diperkirakan masih akan terus terjadi dalam waktu dekat, hingga ada kejelasan lebih lanjut terkait arah hubungan dagang antara AS dan China yang kini berada di titik krusial.
✅ Dapatkan Update Signal Forex dan Insight Eksklusif di Channel Invezto.
Klik disini: https://invezto.com/channel
Tetap konsisten, terus belajar, dan semoga sukses di perjalanan tradingmu!
XAU/USD – Analisis Teknikal HarianHarg...
USD/JPY – Analisis Teknikal HarianHarg...
Harga emas dunia kembali menunjukkan tar...
Harga emas dunia kembali bergerak naik p...