
Jika Anda berpikir bahwa trading adalah soal angka, chart, indikator, lalu Anda tinggal “klik enter” secara dingin tanpa perlu merasa apa-apa — maka saya sarankan Anda duduk dulu dan tarik napas dalam-dalam. Kenapa? Karena menurut artikel dari BabyPips berjudul “Can You Really Remove Emotions from Your Trading Decisions?” — jawaban singkatnya: tidak so-so. Emosi bukanlah gangguan eksternal yang bisa Anda cabut seperti plug TV. Bahkan, mungkin Anda tidak akan bisa melakukan keputusan trading yang *optimal* tanpa sedikit emosi. :contentReference[oaicite:2]{index=2}
Banyak guru trading, seminar, ebook bilang: “Jadilah dingin. Jadilah robot.” Tapi bagaimana jika kenyataannya — menurut riset University of Bergen yang dikutip oleh BabyPips — emosi itu justru bagian integral dari proses pengambilan keputusan? :contentReference[oaicite:4]{index=4} Emosi bukanlah “kerusak” otomatis, melainkan bisa jadi alat bantu, jika dipahami dengan benar.
Riset ini menyoroti empat fungsi utama emosi dalam keputusan: preference construction (membangun preferensi), kecepatan (speed), relevansi (assigning relevance), dan komitmen (commitment). Mari kita telusuri satu-persatu dengan gaya yang… ya, sedikit sarkas supaya Anda mengingatnya.
Ketika Anda memilih satu pasangan mata uang, atau mempertimbangkan untuk menutup posisi, emosi Anda — seperti rasa takut kehilangan peluang (FOMO), atau keinginan untuk “mengunci” keuntungan — itu bukan musuh. Contohnya: seorang trader yang memegang posisi long akan mempertimbangkan antara “wah, saya bisa dapat untung besar” versus “oh enggak, kalau turun saya kasih kembali keuntungannya”. Emosi itulah yang membantu membentuk preferensi Anda. :contentReference[oaicite:5]{index=5}
Pernah melihat trader yang menahan terlalu lama sementara candle melawan arah? Ya, mungkin dia terlalu dingin—atau malah terlambat karena menunggu “data sempurna”. Emosi bisa mempercepat pengambilan keputusan. Jika Anda merasa “ayo tutup sekarang” karena ada keraguan tentang momentum, itu bukan kelemahan mutlak — itu bagian dari sistem. :contentReference[oaicite:6]{index=6}
Apa yang Anda anggap penting dalam sebuah setup? SMA crossover? Breakout? Volume ? Emosi Anda yang menentukan mana yang Anda pakai. Trader yang baru saja menang dari SMA crossover akan lebih percaya pada SMA, mungkin mengabaikan indikator lain. Trader yang baru saja rugi karena mengabaikan time-frame besar akan lebih memperhatikan multi-time-frame ke depan. Emosi yang Anda rasakan terhadap hasil sebelumnya itu memengaruhi mana yang Anda anggap relevan. :contentReference[oaicite:7]{index=7}
Keputusan trading yang baik bukan hanya soal memilih “masuk” atau “tidak masuk”. Ini tentang tetap berada dalam rencana saat market berkata “ah tidak seperti yang saya pikir”. Emosi seperti rasa malu («saya sudah bakar akun») atau rasa yakin («saya punya rencana ini») bisa membuat Anda memilih ukuran posisi yang wajar atau tertahan untuk tidak over-leverage. Emosi ini membantu Anda tetap berdiri tegak. :contentReference[oaicite:8]{index=8}
Anda mungkin berpikir: “Oke, saya akan jadi robot. Tidak ada emosi.” Tapi masalahnya: bila Anda menolak semua emosi, Anda bisa kehilangan alat penting dalam pengambilan keputusan. Artikel BabyPips jelas menyatakan bahwa tujuan bukan “menghapus” emosi tetapi “memakai” emosi yang tepat untuk keputusan yang profitabel. :contentReference[oaicite:9]{index=9}
Misalnya: ketakutan bukan selalu buruk. Ketakutan bisa membuat Anda cut-loss pada waktu yang tepat. Sedangkan antisipasi kemenangan bisa membuat Anda tetap pada rencana ketika banyak trader lain menyerah. Jadi bukan emosi yang salah—tapi emosi yang tidak terkendali atau salah arah. :contentReference[oaicite:10]{index=10}
Bayangkan Anda memakai sistem bagus. Lalu datanglah satu drawdown. Anda merasa takut, buru-buru open posisi yang lebih besar untuk “mengejar”, karena “saya harus kembali ke profit!”. Itu kombinasi emosi: takut + keserakahan. Anda keluar dari rencana. Hasil: kerugian makin besar. Mengapa? Karena Anda mencoba “tanpa emosi” namun sebenarnya Anda dikuasai oleh emosi yang malah tidak termanfaatkan.
Oke, Anda sudah tahu bahwa emosi tak akan hilang. Jadi sekarang tinggal: bagaimana Anda mengubahnya menjadi alat bantu, bukan musuh.
– Emosi ada, terima itu. – Bukan semua emosi buruk, tapi yang tercecer dan tak terkontrol adalah musuh Anda. – Rencana + disiplin + awareness emosional = kombinasi yang jauh lebih kuat daripada “strategi ajaib + hati dingin”.
Menjadi robot dalam trading terdengar keren sampai Anda mengalami drawdown besar dan tiba-tiba robot Anda tidak punya rencana darurat. Sementara trader yang sadar akan emosinya tapi punya rencana, dia lebih siap menghadapi drawdown — bukan frontal bertarung tanpa helm. Emosi bukan musuh yang harus dihabisi — melainkan mitra yang harus diajak kerja sama.
Jadi, apakah Anda bisa menghapus emosi dari trading Anda sama sekali? Jawabannya: tidak. Tapi apakah Anda bisa mengelolanya dengan baik sehingga bukan emosi yang mengelola Anda? Jawabannya: ya. Dan jika Anda benar-benar ingin menjadi trader yang bukan hanya pemenang hari ini, tapi **bertahan** untuk jangka panjang — maka inilah kuncinya: bukan “tanpa emosi”, tapi “terkendali emosi”.
Mulailah dari rencana yang tertulis, catat emosi Anda, evaluasi trade Anda, dan latih diri Anda agar emosi bukan “boss” tapi “alat”. Bila Anda ingin terus mendapatkan insight-insight segar, tips, strategi, dan pembahasan psikologi trading dengan gaya yang lugas dan tak mengawang-awang — **ikuti akun sosial media INVEZTO**. Di sana kita kumpul, belajar, dan tumbuh bersama. Sampai jumpa di sana!
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...
Sistem Trading Berbasis Siklus...
Emas 1979 vs 2025: Saat Sejara...
EUR/USD (~1.1506)Pasangan ini berada di ...