
Pasar kripto kembali menunjukkan penguatan dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) melonjak ke kisaran US$ 123 ribu, didukung optimisme investor dan sentimen positif dari sektor teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI). Kenaikan ini juga diikuti oleh lonjakan saham-saham perusahaan penambang kripto.
Berdasarkan data CoinMarketCap, Kamis (9/10/2025) pukul 06.15 WIB:
Kenaikan Bitcoin terjadi setelah sempat terkoreksi ke US$ 120 ribu sehari sebelumnya. Kini, BTC kembali mendekati US$ 124 ribu, masih tak jauh dari rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) di US$ 126.223 yang tercapai pada Selasa (7/10/2025).
Mengutip laporan CoinDesk, penguatan pasar kripto juga tercermin di sektor saham. Perusahaan-perusahaan penambangan Bitcoin yang memiliki keterkaitan dengan infrastruktur komputasi berperforma tinggi (high-performance computing) menjadi pemimpin reli.
Optimisme ini dipicu oleh ekspektasi bahwa permintaan komputasi untuk teknologi AI akan membawa keuntungan tambahan bagi perusahaan tambang kripto yang memiliki kapasitas data center besar.
Selain itu, Indeks CoinDesk 20, yang melacak pergerakan 20 aset digital utama, juga menguat sekitar 2%.
Faktor makroekonomi masih memainkan peran besar dalam arah pasar. Risalah pertemuan Federal Reserve (The Fed) untuk bulan September menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat bank sentral masih memperkirakan pemangkasan suku bunga akan dilakukan tahun ini.
Namun, beberapa pejabat The Fed menilai langkah tersebut tidak mendesak pada September karena risiko inflasi masih tinggi. Hal ini membuat pelaku pasar menilai kebijakan moneter AS akan tetap berhati-hati, meski arah pelonggaran tetap terbuka pada kuartal IV-2025.
Meskipun pasar kripto bangkit, emas masih menjadi bintang utama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Harga logam mulia itu menembus level psikologis US$ 4.000 per troy ounce, menandai kenaikan sekitar 50% sepanjang tahun 2025.
Reli emas didorong oleh:
Kondisi ini memperkuat minat terhadap emas sebagai aset lindung nilai (safe haven), meskipun pada saat yang sama menekan minat terhadap aset berisiko seperti kripto.
Menurut Charlie Morris, Chief Investment Officer di ByteTree, reli emas saat ini bukan didorong oleh spekulasi semata, melainkan oleh fundamental makro yang kuat.
“Pasar sedang panas, tapi belum terlalu panas. Jika defisit, pencetakan uang, dan pelonggaran suku bunga mendorong harga emas naik, maka hal-hal itu harus berubah sebelum harga berbalik turun,” ujar Morris.
Morris memperkirakan emas akan mencapai puncak sementara, namun waktu pastinya sulit diprediksi. Ia menyarankan investor menunggu bukti pelemahan sebelum mengambil posisi berlawanan.
Menariknya, Morris juga menilai Bitcoin bisa menjadi aset berikutnya yang melanjutkan reli setelah tren kenaikan emas mulai melambat.
“Ketika emas mulai mendingin, kemungkinan besar Bitcoin akan kembali melaju,” ujarnya.
Firma manajemen investasi global VanEck memperkirakan harga Bitcoin dapat melonjak hingga US$ 644.000 dalam beberapa tahun mendatang.
Prediksi ini didasarkan pada tren historis di mana reli harga emas sering kali diikuti oleh reli Bitcoin, karena keduanya sama-sama berperan sebagai penyimpan nilai digital dan fisik dalam menghadapi pelemahan mata uang fiat.
Kenaikan Bitcoin ke US$ 123 ribu menandakan pemulihan yang sehat setelah koreksi singkat. Sektor kripto kini didorong oleh kombinasi optimisme makro, inovasi teknologi AI, dan minat institusional yang terus tumbuh.
Sementara emas terus mendominasi narasi global sebagai aset pelindung dari krisis fiskal dan inflasi, Bitcoin tampaknya bersiap untuk menjadi penerus reli berikutnya — memperkuat citranya sebagai “emas digital” di era ekonomi baru.
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...
Sistem Trading Berbasis Siklus...
Emas 1979 vs 2025: Saat Sejara...
Bisakah Anda Menghapus Emo...