Menurut Lavish, total nilai aset di seluruh dunia saat ini telah melebihi US$600 triliun. Jika hanya sebagian kecil dari nilai tersebut dialokasikan ke Bitcoin (BTC), maka harga aset ini dapat mengalami lonjakan drastis.
“Selama pasokan uang tidak terus bertambah, Bitcoin kemungkinan besar akan terus mengalami peningkatan adopsi,” ujar Lavish.
Ia menekankan bahwa semakin banyak investor serta institusi keuangan yang mulai memasukkan BTC dalam portofolio mereka. Hal ini berpotensi mendorong harga Bitcoin naik berkali-kali lipat dalam waktu relatif singkat.
Lebih jauh, Lavish menyoroti bahwa perubahan fundamental dalam sistem keuangan global tidak dapat dihindari. Tekanan inflasi serta kebijakan ekspansi moneter mendorong banyak orang mencari aset alternatif yang lebih stabil, salah satunya adalah Bitcoin.
“Ketika sistem lama mulai kehilangan relevansi, adopsi Bitcoin akan terus menguat,” tambahnya.
Michael Saylor, pendiri Strategy (sebelumnya MicroStrategy), menjadi salah satu contoh nyata keberhasilan adopsi Bitcoin dalam skala besar. Sejak 2020, perusahaannya mulai membeli BTC dalam jumlah signifikan dengan menerapkan strategi capital market arbitrage—memanfaatkan leverage serta obligasi konversi berbunga rendah untuk menambah kepemilikan Bitcoin.
“Saylor memulai dengan sekitar US$500 juta di neraca keuangan perusahaan dan mulai mengalokasikannya ke Bitcoin,” jelas Lavish.
Berkat strategi ini, Strategy kini menguasai lebih dari 3 persen total Bitcoin yang beredar. Valuasi perusahaan pun melonjak tajam dari US$1 miliar menjadi lebih dari US$100 miliar dalam beberapa tahun terakhir.
Keberhasilan ini membuat banyak pihak bertanya bagaimana MicroStrategy bisa melampaui perusahaan teknologi besar seperti NVIDIA dalam pertumbuhan valuasi. Menurut Lavish, kunci keberhasilan terletak pada pemanfaatan strategi pasar modal yang memungkinkan perusahaan memperoleh Bitcoin dengan risiko terkendali.
Jika tren adopsi ini terus berlanjut, Lavish memprediksi Bitcoin bisa menjadi salah satu aset utama dalam sistem keuangan global, bahkan menyaingi institusi besar seperti JPMorgan.
“Siapa pun yang memiliki banyak emas bisa menentukan aturan. Hal yang sama akan berlaku bagi Bitcoin,” jelasnya.
Dengan kepemilikan BTC dalam jumlah besar, bukan tidak mungkin MicroStrategy akan bertransformasi menjadi salah satu entitas keuangan yang memiliki pengaruh besar di masa depan.
Tak hanya itu, Lavish juga mencatat bahwa banyak perusahaan lain mulai mengikuti jejak Saylor. Sebagai contoh, sebuah perusahaan di Jepang yang awalnya tidak bergerak di sektor teknologi mengalami kenaikan harga saham hingga 408 persen hanya dalam satu tahun setelah menerapkan strategi akumulasi Bitcoin.
Dengan semakin banyaknya institusi yang mengalokasikan dananya ke BTC, tidak menutup kemungkinan valuasi Bitcoin bisa mencapai US$40 triliun di masa depan.
Meskipun perjalanan ke angka tersebut masih panjang, tren yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa Bitcoin semakin diterima sebagai bagian dari ekosistem keuangan global.
Satu hal yang pasti, adopsi Bitcoin bukan lagi sekadar spekulasi, melainkan telah menjadi strategi keuangan yang diterapkan oleh berbagai perusahaan besar di dunia.
✅ Gabung di Grup Facebook Invezto Trader Community
https://www.facebook.com/share/g/14Gi6cEeNo/
✅ Dapatkan Update dan Insight Eksklusif di Channel WhatsApp
https://whatsapp.com/channel/0029VaoZVAb0QeafSnki4e03
Tetap konsisten, terus belajar, dan semoga sukses di perjalanan tradingmu!
Presiden ke-47 Amerika Serikat, Donald T...
Analisis Teknikal USD/JPY: Potensi Korek...
Analisis Teknikal AUD/USD: Bearish Setel...
Harga emas global terus mengalami kenaik...