Our professional Customer Supports waiting for you! Contact now
Everyday: 09:00am - 10:00pm
By Invezto in Trading Insight on 31 Oct, 2025

Harga Bitcoin Anjlok ke US$ 107 Ribu, Saham Teknologi Wall Street Runtuh Seret Pasar Kripto

📉 Pasar Kripto Ambles, Bitcoin Sentuh Level Terendah Baru

Pasar kripto kembali anjlok tajam dalam 24 jam terakhir, seiring runtuhnya saham teknologi di Wall Street yang menekan sentimen investor global.
Harga Bitcoin (BTC) hari ini jatuh di bawah US$ 108 ribu, menyentuh level terendah baru bulan ini, di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap gelembung di sektor kecerdasan buatan (AI).

Berdasarkan data CoinMarketCap, Jumat (31/10/2025) pukul 06.10 WIB, kapitalisasi pasar kripto global anjlok 3,78% menjadi US$ 3,62 triliun dalam 24 jam terakhir.

  • Bitcoin (BTC): -2,82% → US$ 107.891 (≈ Rp 1,79 miliar, kurs Rp 16.652)
  • Ethereum (ETH): -4,03% → US$ 3.781
  • Solana (SOL): -6,35% → US$ 183
  • Dogecoin (DOGE): -7,78% → US$ 0,18
  • XRP: -6,17% → US$ 2,43
  • Binance Coin (BNB): -4,02% → US$ 1.069

Rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) Bitcoin masih bertahan di US$ 126.223, yang tercatat pada 6 Oktober 2025.


💥 Koreksi Kripto Ikuti Kejatuhan Saham Teknologi

Dikutip dari CoinTelegraph, penurunan tajam Bitcoin terjadi seiring koreksi besar di sektor teknologi Amerika Serikat (AS), meski sebagian besar perusahaan melaporkan kinerja keuangan yang positif.

Harga BTC sempat anjlok ke US$ 107.328 tak lama setelah pembukaan pasar New York, menyentuh level intraday terendah di US$ 106.800.
Aksi jual (sell-off) ini memperpanjang tekanan yang sudah muncul sejak pertengahan Oktober, saat reli emas dan saham AI mencapai puncaknya.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing melemah signifikan setelah saham Meta Platforms (META) anjlok 10%, dan Microsoft (MSFT) turun 3%, meskipun keduanya membukukan laba bersih di atas ekspektasi.

Investor tampak khawatir terhadap lonjakan belanja modal (CAPEX) untuk proyek AI, yang dikhawatirkan bisa menggerus margin keuntungan perusahaan.

  • Meta mengumumkan kenaikan anggaran AI hingga US$ 70–72 miliar,
  • Alphabet (Google) bahkan diproyeksikan menggelontorkan hingga US$ 93 miliar untuk tahun fiskal 2026.

“Investor mulai melihat sinyal gelembung di sektor AI, mirip dengan periode dot-com bubble pada awal 2000-an,” tulis analis pasar CoinTelegraph Markets Pro.


🌏 Faktor Geopolitik: Kesepakatan AS–China Masih Rapuh

Selain tekanan dari Wall Street, ketidakpastian geopolitik juga memperburuk sentimen kripto.
Pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping belum menghasilkan kesepakatan konkret yang dapat menenangkan pasar.

Meski kedua pihak menyetujui:

  • pengurangan tarif untuk fentanyl, dan
  • penundaan larangan ekspor logam tanah jarang oleh China selama satu tahun,

Investor menilai kesepakatan tersebut bersifat sementara dan rapuh, tanpa kejelasan soal isu utama seperti tarif industri semikonduktor dan kebijakan AI lintas batas.

“Pasar ingin kepastian struktural, bukan sekadar gencatan dagang temporer,” ujar analis Bloomberg Economics, Anna Wong.


💱 Kebijakan Moneter: The Fed Tak Cukup Mendorong Pasar

Padahal, kombinasi katalis positif secara makro sebenarnya cukup kuat untuk menopang aset berisiko:

  • Pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin,
  • Berakhirnya kebijakan Quantitative Tightening (QT), dan
  • Potensi stabilisasi hubungan dagang AS–China.

Namun, justru sebaliknya yang terjadi.
Investor menilai narasi pelonggaran The Fed tidak cukup kuat untuk mengimbangi kekhawatiran seputar overheating sektor AI dan kenaikan yield obligasi jangka panjang.

“Kondisi makro yang longgar belum otomatis berarti reli kripto. Selama risiko ekuitas teknologi tinggi, Bitcoin akan tetap volatile,” ujar Mark Lurie, CEO Shipyard Software, kepada CoinDesk.


📊 Analisis Teknis: Awas Penurunan ke US$ 100.000

Secara teknikal, struktur harga Bitcoin masih menunjukkan tekanan bearish jangka menengah.
Menurut data Hyblock Capital, area likuiditas besar berada di kisaran US$ 103.800, menjadikannya target potensial berikutnya untuk aksi jual lanjutan.

Jika tekanan berlanjut, BTC berisiko turun ke US$ 100.500 – US$ 98.600, zona support penting yang terakhir kali diuji pada Juni lalu.
Sebaliknya, pemulihan ke atas US$ 110.800 akan membuka peluang rebound menuju US$ 113.200 – US$ 115.000.

“Volume jual masih mendominasi pasar, sementara volatilitas meningkat seiring pelemahan saham teknologi. Level US$ 107 ribu menjadi batas kritis jangka pendek,” tulis Hyblock dalam laporannya.


🔎 Kesimpulan: Risiko Tinggi, Tapi Potensi Akumulasi Masih Ada

Meskipun tekanan jangka pendek tetap kuat, beberapa analis melihat penurunan saat ini sebagai peluang akumulasi.
Dengan fundamental makro yang mulai longgar dan ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan, Bitcoin berpotensi membangun dasar harga baru sebelum reli akhir tahun.

“Bitcoin butuh waktu untuk mencerna perubahan sentimen global. Selama tetap bertahan di atas US$ 105 ribu, fase ini lebih condong ke konsolidasi sehat daripada tren turun struktural,” kata analis teknikal CoinDesk Markets, Omkar Godbole.

You may also like

Related posts