Our professional Customer Supports waiting for you! Contact now
Everyday: 09:00am - 10:00pm
By Invezto in Trading Insight on 23 Jun, 2025

Investor Siaga: Konflik Iran-Israel Bisa Guncang Minyak dan Inflasi Global

Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel semakin dalam, dan kini investor global bersiap menghadapi berbagai skenario yang bisa berdampak besar pada pasar energi dan kebijakan moneter global.

Jika Amerika Serikat (AS) memperluas keterlibatannya dalam konflik ini, para analis memperingatkan akan adanya efek berantai terhadap harga energi, inflasi, dan bahkan arah suku bunga The Fed. Pasar kini fokus penuh pada eskalasi konflik setelah kedua negara saling menyerang dengan rudal, dan sinyal kuat muncul bahwa AS bisa segera ikut campur.


Dolar AS Bisa Menguat, Saham Bisa Terguncang

Langkah militer AS diyakini bisa memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham, sementara permintaan terhadap safe haven seperti Dolar AS dan emas berpotensi meningkat. Investor khawatir bahwa tindakan militer Washington terhadap Iran akan memicu inflasi baru, menghancurkan kepercayaan konsumen, dan memupus harapan terhadap penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Salah satu pemicu kekhawatiran adalah keputusan militer AS untuk mengerahkan pesawat pembom B-2 ke Guam. Jet ini mampu membawa bom seberat 30.000 pon, cukup kuat untuk menghancurkan bunker nuklir bawah tanah milik Iran. Meskipun tidak secara eksplisit dikaitkan dengan konflik Timur Tengah, langkah ini mengirimkan sinyal kuat kesiapan militer AS.

“Langkah tersebut menunjukkan kesiapan AS untuk mengintervensi jika diperlukan,” ujar Mark Spindel, CIO dari Potomac River Capital LLC kepada Reuters.


Harga Minyak Jadi Sentimen Utama

Harga minyak mentah AS (WTI) telah naik hampir 10% dalam sepekan terakhir, sementara Brent — acuan global — telah melesat 18% sejak 10 Juni, menyentuh level tertinggi 5 bulan di $79,04 per barel.

“Kalau serangan menghancurkan pasokan minyak Iran, saat itulah pasar global benar-benar akan mulai panik,” ungkap Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B Riley Wealth.

Oxford Economics bahkan menyusun tiga skenario potensi dampak konflik, dari de-eskalasi hingga skenario paling ekstrem berupa penutupan Selat Hormuz. Dalam skenario terburuk, harga minyak bisa melonjak hingga $130 per barel, yang dapat mendorong inflasi AS ke kisaran 6% sebelum akhir tahun.


Saham Masih Tenang, Tapi Bisa Berubah Cepat

Sejauh ini, pasar saham AS tetap tenang meski konflik makin panas. Namun, jika AS benar-benar bergabung dengan Israel, kekhawatiran pasar bisa meningkat drastis.

“Pasar saat ini hanya bisa fokus pada satu isu besar dalam satu waktu, dan kini semua mata tertuju ke Timur Tengah,” kata Spindel lagi.

Meski begitu, data historis menunjukkan bahwa dampak konflik geopolitik terhadap saham cenderung bersifat sementara. Dalam beberapa insiden sebelumnya, seperti invasi Irak 2003 dan serangan ke fasilitas minyak Saudi tahun 2019, indeks S&P 500 sempat turun, tapi kembali naik rata-rata 2,3% dalam dua bulan setelah konflik menurut data Wedbush Securities.


Kesimpulan: Investor Hadapi Dilema Energi vs Inflasi

Jika konflik terus memanas dan pasokan minyak terganggu, efeknya bisa meluas ke seluruh ekonomi global—inflasi melonjak, konsumen menahan belanja, dan The Fed mungkin enggan memangkas suku bunga.

Namun jika tensi mereda, peluang pemulihan pasar tetap terbuka lebar.

You may also like

Related posts