Our professional Customer Supports waiting for you! Contact now
Everyday: 09:00am - 10:00pm
By Invezto in Trading Insight on 25 Feb, 2025

Mata Uang Asia Tertekan Akibat Kekhawatiran Tarif AS dan Kebijakan Bank of Korea

Pasar keuangan Asia kembali mengalami tekanan pada pekan ini akibat dua faktor utama:

  1. Spekulasi tarif baru AS terhadap impor China, yang memicu kekhawatiran perang dagang baru.
  2. Keputusan Bank of Korea (BOK) memangkas suku bunga, yang memperburuk tekanan terhadap mata uang Asia.

Kombinasi kedua faktor ini memperkuat sentimen risiko di pasar, mendorong investor global keluar dari aset Asia dan beralih ke safe-haven seperti dolar AS.


1. Ancaman Tarif Baru AS: Dampak pada Pasar Asia

Pemerintah AS dikabarkan sedang mempertimbangkan tarif tambahan terhadap produk strategis China, seperti:

  • Kendaraan listrik
  • Baterai lithium
  • Panel surya

Kebijakan ini bertujuan melindungi industri domestik AS, tetapi juga dapat memicu ketegangan dagang baru dengan China.

Dampak terhadap Mata Uang Asia

  1. Sentimen Risk-Off: Investor menarik dana dari pasar Asia dan membeli dolar AS.
  2. Gangguan Rantai Pasok: Negara-negara seperti Korea Selatan, Malaysia, dan Vietnam yang bergantung pada ekspor ke China dapat mengalami perlambatan ekonomi.
  3. Penguatan Dolar AS: Mata uang yang melemah meningkatkan beban utang luar negeri negara-negara Asia.

Pergerakan Mata Uang Asia (per 25 Mei 2024):

  • Korean Won (KRW): Melemah 0,8% ke 1.375 per dolar AS.
  • Indonesian Rupiah (IDR): Menyentuh 15.800 per dolar AS, level terendah sejak November 2023.
  • Chinese Yuan (CNY): Turun 0,3% ke 7,10 per dolar AS.

2. Bank of Korea Pangkas Suku Bunga ke 1,25%

Bank of Korea (BOK) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,25%, sebagai respons terhadap:

  • Perlambatan inflasi: Inflasi Korea Selatan turun ke 2,9% pada April 2024, mendekati target 2%.
  • Lemahnya konsumsi domestik: Pertumbuhan ritel masih di bawah ekspektasi meskipun ekspor pulih.
  • Ketidakpastian global: Perang dagang AS-China dan konflik geopolitik menekan perekonomian.

Gubernur BOK, Rhee Chang-yong, menyatakan pemotongan ini bertujuan mendukung pemulihan ekonomi. Namun, kebijakan ini juga memperlebar perbedaan suku bunga dengan AS (5,25–5,50%), yang bisa mempercepat arus keluar modal asing.


3. Reaksi Pasar dan Proyeksi Ke Depan

Pasar Saham Asia

  • Indeks KOSPI Korea Selatan turun 1,2%.
  • Indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 2,1%, terutama akibat tekanan pada saham teknologi.

Kebijakan Bank Sentral Lainnya

  • Bank Indonesia (BI) dan Bank of Thailand (BOT) kemungkinan mempertahankan suku bunga tinggi untuk menjaga stabilitas mata uang mereka.

Prospek Kebijakan AS

  • Tarif China: Jika diberlakukan, China mungkin membalas dengan pembatasan ekspor mineral langka atau produk pertanian AS.
  • Kebijakan The Fed: Inflasi AS masih tinggi (3,4% per April 2024), sehingga kemungkinan The Fed menunda pemangkasan suku bunga hingga 2025. Ini akan mempertahankan tekanan terhadap mata uang Asia.

Kesimpulan: Tantangan Berlapis bagi Ekonomi Asia

Pelemahan mata uang Asia dipicu oleh kombinasi faktor eksternal (tarif AS, kebijakan The Fed) dan internal (pemangkasan suku bunga BOK).

Negara-negara Asia menghadapi dilema antara stabilitas mata uang dan pertumbuhan ekonomi. Untuk bertahan, mereka perlu:
Memperkuat fundamental ekonomi melalui stimulus fiskal yang selektif.
Diversifikasi pasar ekspor agar tidak terlalu bergantung pada China.

 

✅ Gabung di Grup Facebook Invezto Trader Community

https://www.facebook.com/share/g/14Gi6cEeNo/

✅ Dapatkan Update dan Insight Eksklusif di Channel WhatsApp

https://whatsapp.com/channel/0029VaoZVAb0QeafSnki4e03

Tetap konsisten, terus belajar, dan semoga sukses di perjalanan tradingmu!

You may also like

Related posts