
Pasar itu seperti lautan: kadang gelombangnya tenang, kadang seperti tsunami yang bisa menyapu trader yang terlalu percaya diri. Artikel aslinya dari TradingView membahas strategi trend following — cara “naik gelombang” harga tanpa terguling — dan di sini aku bakal jelaskan versi mudahnya, diselingi sedikit sindiran (karena hidup ini terlalu serius kalau nggak bisa ditertawakan).
Di inti sederhana-nya, trend following artinya kamu nggak berusaha menebak kapan pasar akan berbalik arah — kamu hanya ikutan arah yang sudah ada. Kalau harga naik → kamu beli. Kalau harga turun → kamu jual. Sederhana? Ya. Tapi bukan berarti gampang.
Konsepnya: pasar punya momentum, dan kamu sebagai trader bukan “pahlawan tunggal” yang mengubah arah pasar — kamu cuma penumpang yang mencoba ikut arus besar sambil tetap sadar kalau kapal bisa goyah.
Bayangkan: banyak pemain pasar (trader, institusi, algoritma) punya psikologi yang mirip — takut kehilangannya, takut mencoba terlalu dini, takut FOMO. Akhirnya banyak yang bergerak ke arah sama. Jadi, alih-alih lawan arus, kamu bisa “berkawan” dengan arus itu.
Strategi ini membolehkan kamu memotong kerugian kecil tapi membiarkan keuntungan besar berjalan. Jadi, kamu cukup “benar sebagian waktu” saja. Jika kamu bisa konsisten dalam aturan, hasil jangka panjangnya bisa memuaskan.
Trend following bukan strategi “cepat kaya tanpa usaha”. Ia mengutamakan konsistensi, kesabaran, dan penerimaan bahwa kamu akan sering salah — tapi kalahnya kecil, menangnya bisa besar.
Misalnya: MA 50 hari melintas di atas MA 200 hari → itu sinyal bullish. Jika harga berada di atas dua MA tersebut — tren naik masih kuat. Kalau harga jatuh di bawah MA jangka panjang — siap-siap tren mungkin berubah.
Gambarlah garis tren, titik-titik support / resistance. Jika harga konsisten hormati garisnya — itu sinyal baik. Jika breakout dari resistance dengan volume — bisa jadi peluang bagus.
Jangan masuk cuma karena “kayaknya akan naik”. Perlu konfirmasi: misalnya candle penutupan di atas resistance + volume tinggi. Tanpa itu, bisa jadi cuma “palsu breakout”.
Ini kunci: banyak trader gagal bukan karena ide salah, tapi mereka tidak bisa “mengakui salah”. Stop-loss memungkinkan kamu membatasi kerugian, daripada berharap harga segera berbalik.
Kadang pasar bergerak “samping-samping”, naik turun tanpa tren jelas. Di situ banyak sinyal palsu muncul. Trader trend following mungkin salah masuk berkali-kali di fase ini.
Pullback kecil bisa bikin takut — “Wah, ini udah mulai turunnya.” Kalau kamu panik keluar terlalu cepat, bisa kehilangan porsi dari tren besar yang masih berlangsung.
TREN akan habis jika ada reversal signifikan atau berita guncangan. Jangan terlalu yakin bahwa tren akan “selamanya”.
Kalau kamu terlalu sering cari entry, bisa dihantui false signal — dan biaya transaksi (spread, slippage) bisa memakan margin keuntungan.
Misalnya indeks S&P 500 baru-baru ini menembus resistance penting, candle penutupan kuat + volume mendukung → kamu masuk buy. Kalian gunakan stop-loss sedikit di bawah support, lalu biarkan posisi berjalan. Jika tren terus naik, kamu dapat sebagian hasil besar. Tapi jika tiba-tiba reversal besar atau data ekonomi gila-gilaan muncul, stop-loss akan menyelamatkan modalmu dari kerugian besar.
Kalau kamu keluar dini karena takut (padahal tren masih jalan) — yaudah, kamu cuma ikut “nonton” dan melewatkan bagian terbaik.
Trend following bukan ilmu gaib, melainkan filosofi: jangan lawan pasar — ikut selama masih memungkinkan, dan keluar ketika sinyalnya berubah. Tapi jangan dikira ini mudah — kamu bakal sering salah, sering dicambuk pasar, sering diuji kesabaran.
Tapi kalau kamu disiplin, sabar, dan punya sistem, strategi ini bisa membantumu “menang di tengah keramaian.”
Kalau kamu pengin terus up-to-date dengan analisis ringan tapi bermakna seperti ini — yuk follow akun sosial media INVEZTO. Di sana kami rutin share insight, strategi, dan edukasi supaya kamu nggak cuma ikut-ikutan pasar, tapi ikut dengan kepala jernih.
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...
Sistem Trading Berbasis Siklus...
Emas 1979 vs 2025: Saat Sejara...
Bisakah Anda Menghapus Emo...