Trump Media & Technology Group (TMTG)
resmi mengumumkan langkah besar: menggalang dana sebesar $2,5 miliar untuk mengakumulasi Bitcoin dan memperkuat teknologi blockchain di platform mereka, termasuk Truth Social dan Truth+.
💼 Rincian Dana:
- $1,5 miliar dari penjualan saham baru.
- $1 miliar dari surat utang konversi.
Dana ini akan digunakan untuk:
- Membeli Bitcoin dalam jumlah besar sebagai strategic asset di neraca perusahaan.
- Mengembangkan fitur pembayaran kripto, token utilitas, dan integrasi blockchain di platform media sosial mereka.
📊 Dampak Langsung di Pasar:
- 🚀 Harga Bitcoin (BTC) naik 2% dan menembus level psikologis $110.000, didorong oleh harapan masuknya likuiditas institusional baru.
- 📉 Saham DJT (Trump Media) justru anjlok 8-10%, akibat kekhawatiran pasar terhadap:
- Risiko dilusi saham.
- Potensi tekanan dari konversi utang ke saham.
🧠 Meniru MicroStrategy, Tapi Versi Trump
Langkah ini mengingatkan kita pada strategi MicroStrategy, yang telah membeli Bitcoin lebih dari $20 miliar. Namun, strategi Trump Media memicu reaksi lebih panas karena dua alasan utama:
⚖️ 1. Regulasi & Transparansi
- Senator Elizabeth Warren mempertanyakan niat TMTG meluncurkan ETF kripto.
- Dugaan konflik kepentingan muncul karena keluarga Trump juga terlibat dalam proyek-proyek kripto seperti:
- Koin meme $TRUMP.
- Proyek World Liberty Financial.
🏛️ 2. Sentimen Politik: "America First" = Bitcoin First?
- Trump mengusung narasi Bitcoin sebagai alat kebebasan finansial.
- Namun, banyak pengamat menilai langkah ini sebagai manuver spekulatif politik, bukan strategi fundamental.
🔍 Apa Kata Analis?
Analis melihat masuknya korporasi seperti TMTG ke pasar Bitcoin bisa:
- Mengurangi pasokan likuid BTC di pasar.
- Mendorong harga jangka panjang naik.
Namun, mereka juga mengingatkan:
- Volatilitas saham DJT bisa menjadi risiko besar.
- Ketidakpastian regulasi kripto di AS tetap menjadi faktor yang membayangi.
🧩 Kesimpulan
Trump Media sedang bermain dalam dua dunia:
- Di satu sisi, mereka ingin menjadi MicroStrategy 2.0.
- Di sisi lain, mereka membuka celah baru dalam konflik regulasi dan risiko pasar.
Apakah ini peluang besar atau jebakan politis? Hanya waktu (dan SEC) yang bisa menjawab.