Our professional Customer Supports waiting for you! Contact now
Everyday: 09:00am - 10:00pm
By Invezto in Trading Insight on 05 Mar, 2025

USD/IDR Lanjutkan Tren Pelemahan, Investor Pantau Data Ekonomi AS

Pasangan mata uang USD/IDR terus menunjukkan tren pelemahan sejak awal pekan ini. Rupiah Indonesia (IDR) kembali menguat terhadap Dolar AS (USD), dengan nilai tukar mencapai 16.385 pada perdagangan hari Rabu sesi Asia. Upaya stabilisasi nilai Rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) yang bekerja sama dengan Reserve Bank of Australia (RBA) melalui pembaruan perjanjian swap bilateral mata uang lokal atau Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA). Perjanjian ini ditandatangani oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dan Gubernur RBA Michele Bullock, berlaku mulai 4 Maret 2025 dengan durasi lima tahun. Kemitraan ini merupakan kelanjutan dari kerja sama yang telah berlangsung sejak Desember 2015, dengan total nilai pertukaran hingga AUD10 miliar (sekitar USD6,2 miliar) atau jumlah Rupiah yang setara.

Di sisi lain, Dolar AS (USD) mengalami pelemahan mendekati level terendah dalam tiga bulan terhadap berbagai mata uang utama. Kondisi ini dipengaruhi oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS, terutama setelah Presiden Donald Trump memutuskan untuk mempertahankan tarif perdagangan terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Akibatnya, Indeks Dolar AS (DXY) turun hingga menyentuh level 105,75. Data ekonomi terbaru dari AS semakin memperkuat kekhawatiran akan resesi, di mana model GDP Now dari Federal Reserve Atlanta memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama 2025 akan terkontraksi sebesar -2,8%, jauh lebih rendah dibandingkan estimasi sebelumnya yang masih di angka 1,6% pada awal pekan.

Keputusan Presiden Trump untuk menerapkan kembali tarif perdagangan terhadap Kanada dan Meksiko mulai 4 Maret 2025 semakin memperumit kondisi pasar. Selain itu, tarif impor barang dari Tiongkok juga dinaikkan dari 10% menjadi 20%. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyatakan bahwa Trump mungkin akan mempertimbangkan kembali kebijakan tarif ini dalam 48 jam setelah penerapannya, terutama jika aturan dalam perjanjian USMCA dapat diikuti. Namun, laporan dari The New York Times mengungkapkan bahwa Trump secara pribadi berkeinginan untuk tetap mempertahankan tarif tersebut. Para pelaku pasar kini menantikan rilis data PMI Jasa AS oleh S&P Global dan ISM, yang dapat mempengaruhi pergerakan USD. Jika angka PMI di atas 50, maka sektor jasa AS masih berkembang dan berpotensi mendukung pemulihan Dolar AS. Sebaliknya, jika hasilnya di bawah 50, tekanan terhadap Greenback akan semakin besar, yang dapat memperkuat Rupiah lebih lanjut.

 

✅ Dapatkan Update Signal Forex dan Insight Eksklusif di Channel WhatsApp:

https://invezto.com/wa-channel

Tetap konsisten, terus belajar, dan semoga sukses di perjalanan tradingmu!

You may also like

Related posts